Beritabali.com, DUNIA.
Dalam insiden itu protes “flash mob” di Yangon – kota terbesar di Myanmar – dihadang beberapa menit setelah dimulai, kata beberapa saksi mata.
“Saya tertabrak kendaraan itu dan jatuh di depan truk. Seorang tentara memukuli saya dengan senapannya, saya membela diri dan mendorongnya ke belakang. Ia langsung
menembak saya karena saya melarikan diri dengan pola zig-zag. Untuk saya lolos,” ujar seorang demonstran kepada Reuters melalui telpon. Ia meminta untuk
tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
Seorang juru bicara pemerintah junta militer yang berkuasa tidak menjawab telpon untuk dimintai pendapat.
Militer telah mengatakan demonstran yang tewas adalah penghasut kekerasan. Dikatakan mereka melakukan kudeta karena pemilu November 2020 yang dimenangkan oleh Partai Liga Nasional Untuk Demokrasi pimpinan Suu Kyi telah melakukan kecurangan.
Komisi Pemilihan Umum Myanmar telah menyangkal pernyataan ini.
Perang dengan kelompok-kelompok pemberontak etnis minoritas di daerah perbatasan yang terpencil di bagian utara dan timur telah meningkat secara signifikan sejak kudeta 1 Februari, memaksa puluhan ribu warga mengungsi.
Aung San Suu Kyi yang berusia 76 tahun menghadapi belasan kasus, termasuk menghasut dan melanggar protokol Covid-19. Hingga saat ini Suu Kyi telah menyangkal semua tuduhan yang disampaikan junta militer itu.(sumber: suara.com)
Penulis : Media Network
Editor : Juniar