Beritabali.com, BULELENG. Setelah pernah berjuang melawan virus COVID 19, sejumlah pasien ini sembuh. Mereka disebut penyintas. Kini, beberapa diantaranya secara sukarela menjalani donor plasma darah atau plasma konvalesen untuk terapi kesembuhan bagi pasien COVID 19 yang masih berjuang mengalahkan virus SARS .CoV2 di dalam tubuhnya.
KDS salah satu penyintas itu. Dia tak mau disebutkan namanya. Permintaanya cukup sebut inisial saja. KDS bercerita bahwa dirinya sempat dirawat kurang lebih selama 2 minggu setelah mendapatkan hasil positif terpapar corona. Beruntung mentalnya merasa stabil. Dia tidak panik ketika divonis COVID 19. Dan memutuskan isolasi di sebuah tempat karantina yang diusulkan oleh atasan tempatnya ia bekerja.
“Isolasi tanggal 3 Juli 2020, karena hasil Swab pada waktu itu positif. Kemudian saya diisolasi. Kemudian tanggal 21 September saya sudah dinyatakan Negatif dari hasil Swab. Itu karena terbentur hari raya galungan padahal hasilnya sudah sebelum hari raya sudah ada,” kenang KDS dengan tenang.
“Kenapa saya Sembuh?,” dia lontarkan pertanyaan itu.
Ada tips yang sebenarnya bisa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya, kata KDS. Yakni, selama masa karantina selalu menerapkan pola hidup sehat dan selalu mengkonsumsi vitamin. Selain itu, tempat karantina yang diberikan tempatnya nyaman dan tidak membuat dirinya stres.
“Saya berjemur setiap pagi, kemudian aktivitas olahraga ringan agar tubuh tetap sehat dan yang paling penting tetap menerapkan hidup sehat," tuturnya.
KDS berharap, dengan adanya relawan yang menjalani donor plasma, itu untuk membantu mereka yang terpapar COVID-19 dengan gejala berat.
“Kita sudah sepantasnya membantu orang-orang diluar sana yang masih berjuang melawan virus COVID-19.” katanya dengan semangat.
“Kita sekarang hidup di masa pandemic, semua terancam tetapi harus bisa memberikan memberikan manfaat kepada masyarakat, sehingga semua bisa kembali normal,” lanjutnya.
Pengalaman yang sama juga diceritakan oleh seorang penyintas COVID 19-lainnya, AP.
Dengan rela hati, AP juga mendonorkan plasma darah atau konvalesen. AP merupakan Anggota TNI menceritakan awal mula ia positif terpapar corona.
Dia dinyatakan positif di bulan Juli 2020. Kemudian diisolasi di rumah sakit Giri Mas selama 2 minggu.
Genap dua minggu menjalani perawatan, hasil tes swab dirinya dinyatakan negative.
“Dengan rasa syukur saya bisa pulang dari rumah sakit. Saya mengapresiasi kerja tim medis disana,” ucapnya.
Setelah itu dia kembali menunaikan tugasnya sebagai seorang Tentara.
“Saya dinyatakan sembuh pada pertengah bulan agustus 2020. Saya berharap dari donor ini semoga bisa berikan manfaat bagi orang banyak,” urai dia.
Plasma darah yang didonorkan para penyintas COVID-19 akan dimanfaatkan untuk terapi medis bagi penderita pasien COVID-19.
Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng, dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengatakan, sebelum penyintas mendonorkan plasma darah wajib melakukan proses "screening" untuk mengukur antibodi dan mengetahui apakah ada penyakit lain di dalam tubuhnya.
“Dilakukan &qu
ot;screening" darah terlebih dahulu. Setelah itu pengambilan darah dilakukan. "Screening" untuk mengecek apakah ada penyakit seperti HIV dan penyakit-penyakit lainnya. Jangan sampai pendonor menularkan penyakit lain,” ujar Nyoman Sutjidra.
Sujitra berharap, dengan adanya donor Plasma Konvalesen dapat menyembuhkan pasien yang terinfeksi COVID 19. Karena, ada beberapa pasien dengan gejala berat dan kritis terbantu dengan adanya terapi plasma konvalesen ini. (NOV)
Penulis : Tim Liputan COVID
Editor : Putra Setiawan