Beritabali.com, BADUNG.
Jika rencana tersebut benar-benar dilaksanakan, maka Puspa Negara memastikan Bali sebagai destinasi pariwisata tidak akan bisa berkutik. Masyarakat di destinasi dirasa akan melarat bahkan sekarat, akibat kerugian lahir bathin yang diderita.
“Jika dihitung-hitung, PPKM Level 3 di akhir tahun ini mampu menimbulkan kerugian hingga miliaran rupiah bagi pelaku usaha dan masyarakat di destinasi. Belum lagi kerugian maintenance yang tidak diikuti dengan k
eterisian tamu, habislah kita,” sebutnya sembari mengabarkan bahwa saat ini sudah ada banyak owner hotel, guest house, homestay, restaurant, dan sejenisnya, yang rela berjualan nasi jinggo untuk menyambung hidup.
“Oleh karena itu, kami
APPMB yang terdiri dari pekerja pariwisata DW, kontrak, guide freelance, sopir freelance, sopir konvensional, penjual souvenir, tukang massage, pedagang acung, pedagang lapak, penjaga destinasi, kusir dokar, atraksi musiman, hingga suplier dan petani, dengan tegas menolak PPKM Level 3 di akhir tahun ini yang tanpa dasar sains dan data akurat. Kami sekaligus meminta wacana itu agar dihentikan, karena kita ditertawakan dunia oleh kelucuan ini,” sambungnya.
Sebagai pengganti dari kebijakan tersebut, Dirimya menawarkan solusi berupa perkuatan protokol kesehatan. Termasuk di antaranya dengan cara berlomba-lomba membuat dan menunjukkan protokol kesehatan inovatif.
Jadikan setiap orang itu sebagai agent pen-zero Covid-19 untuk menuju Level 0 di tahun 2022. Dengan demikian, maka akan ada sebuah optimisme untuk bangkit dan tumbuh dari keterpurukan ini.
"Jadi sekali lagi, kami menuntut pembalatan rencana PPKM Level 3 di
akhir tahun nanti. Biarkan level PPKM mengalir sesuai kondisi empirik dan atas dasar data-data faktual yang presisi. Bukan berdasarkan perasaan yang subyektif, karena dapat menimbulkan distrust dan caos,” pungkasnya.
Penulis : Agung Gede Agung
Editor : I Komang Robby Patria