Beritabali.com, DENPASAR. Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali, Brigjen (Purn) Made Sugianyar menyebut
peredaran narkotika di Provinsi Bali, khususnya di Kota Denpasar cukup memprihatinkan.
Peredarannya kian masif, bahkan masuk ke desa-desa, serta peredarannya semakin sistematis di tengah berkembangnya teknologi. Menyikapi kondisi itu, dia mendukung dibentuknya Desa Bersinar.
"Mohon diwaspadai, karena bandar saat ini tidak saling mengenal. Begitu ditangkap kurirnya, itu pakai sistem terputus, nomornya langsung dibuang sehingga kita tidak bisa menangkap bandarnya," ujarnya.
Hal itu ia sampaikan dalam peresmian Desa Bersinar di Desa Pemogan, Denpasar Selatan pada Selasa (7/12). Dia mengajak semua pihak ikut memerangi peredaran dan penyalahgunaan narkotika, di tengah modus-modus baru.
Secara mengerucut, dia menyebut tugas ini membutuhkan kerja keras BNN dan Kepolisian, serta komunitas pegiat anti narkoba.
Selain pembentukan Desa Bersinar, sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P3GN) dengan metode pendekatan yang humanis.
Di bawah kepemimpinan Kepala BNN RI, Dr. Petrus Reinhard Golose, Sugianyar menyebut penanganan penyalahgunaan menggunakan metode soft power, bahwa tidak selalu menangkap bandar, namun memberi ruang kepada para pecandu untik rehabilitasi.
Komitmen
BNN dalam penanganan peredaran narkoba disambut baik Ketua Yayasan Samsara Bali, Made Belgi yang juga sebagai tuan rumah digelarnya pembentukan Desa Bersinar di Desa Pemogan.
Pria yang juga mantan pengguna narkoba ini menuturkan, pembentukan Desa Bersinar tepat dilakukan di Pemogan mengingat daerah ini tergolong zona merah atau tingkat peredaran narkotika yang cukup tinggi.