Beritabali.com, JEMBRANA. Pedagang mie ayam yang sudah membangun usaha selama 16 tahun, mengawalinya dari menumpang berjualan kemudian pindah dengan menempati lahan kontrak.
Sejak itulah ia sempat bertemu tamu Jepang yang membeli mienya dan merasakan nikmat dengan citra rasa yang berbeda. Pemilik usaha mie ayam itu, Novi Kristiani (40) yang tinggal di Jalan Ngurah Rai Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana menceritakan, ayahnya dulu pandai meracik mie dan hingga kini ditekuninya hingga bisa membiayai hidup bersama keluarga.
"Bahan mie dibuat sendiri tanpa bahan pengawet. Telur, tepung terigu, tepung kanji dan bumbu racikan. Kemudian ada juga bakso yang diolah sendiri. Dalam pengerjaan justru tidak perlu menunggu waktu lama karena dibantu dengan alat mesin," ungkapnya.
Novi juga menjelaskan, harga mie dengan varian biasa dijual dengan harga Rp8 ribu hingga Rp17 ribu, bisa juga sistem jual antar (COD). Ia mengaku selama pandemi omzet menurun drastis, biasanya keuntungan kotor Rp2 juta-Rp3 juta per hari belum termasuk biaya karyawan dan operasional.